HMJ Sosiologi kembali menggelar Diskusi eLSis dengan tema "Buruh Bukan Budak"
Himpunan
Mahasiswa Jurusan Sosiologi UIN Walisongo Semarang menggelar Diskusi eLSiS. Diskusi
eLSiS pada bulan Mei mengangkat tema buruh dengan berjudul "BURUH BUKAN
BUDAK" yang dilaksanakan pada platform Google meet pada tanggal (22/05/21).
Diskusi eLSiS ini merupakan acara bulanan yang sudah menjadi turun menurun program HMJ Sosiologi UIN Walisongo. Diskusi eLSiS "BURUH BUKAN BUDAK" di hadiri narasumber hebat Prof. Dr. Abu Rokhmad, S. Ag., M. Ag. (Guru Besar Sosiologi Hukum FISIP UIN Walisongo). Acara di bawakan oleh Adinda Rizqi Arbaningrum (Departemen SOSMA) dan dimoderatori oleh Tatang Maimum Najib (Departemen PILAR).
Pada Diskusi eLSiS Sabtu (22/05/21) narasumber menyampaikan materi dengan fokus pada 3 isu yang masih terjadi hingga saat ini. Pertama; Nasib Buruh, kedua; Eksploitasi Buruh dan ketiga; Hak Buruh dalam Omnibus Law.
Problem dan nasib buruh telah menjadi refleksi kritis ilmuwan sosial sejak lama. Termasuk Islam luar biasa, revolusi pada masa itu. Meskipun Islam tidak seluruhnya ada perbudakan di tanah Arab pada masa itu, tetapi pemberian hak dan kewajiban pada masa itu mendapatkan seacara adil. Islam juga memberi perlindungan atau memberi revolusi terhadap cara pandang yang benar bahwasannya kita tetap manusia yang mempunyai hak dan kewajiban.
Pada Teori eksploitasi, Marx memandang buruh sangat sederhana. Yaitu, jika tenaga buruh dilihat sebagai komoditas yang harganya ditentukan oleh mekanisme pasar (supply and demand), maka dalam badan usaha tersebut terdapat praktik eksploitasi buruh.
“Jika kita cermati dalam teori tersebut, buruh itu terlalu di eksploitasi secara berlebihan, eksploitasi itu tidak sepadan dengan gaji yang diterima dan buruh itu sering dipakai sebagai komoditas atau barang dagangan. Karena buruh dijadikan komoditas maka ada benarnya juga kalau kemudian kita berpikir buruh itu tidak sama dengan majikan (kaum proletar), karena memang sebenarnya ketika berbicara tentang buruh di artikan sebagai komoditas yaitu meletakan buruh sebagai budak. Bila memperhatikan Marx, buruh sepertinya tanpa hak Mereka hanya punya kewajiban saja” ujar Pak Abu.
Antusias dari para peserta Diskusi eLSiS memberikan beberapa pertanyaan mengenai buruh di Indonesia. Salah satu pertanyaan menarik disampaikan oleh peserta bernama Zahra Tsabita, ia bertanya: “Bagaimana sebaiknya perusahaan dan karyawan menyikapi masa krisis seperti saat ini? dan Bagaimana membuat perusahaan dan karyawan sepaham dan satu sikap menghadapi krisis?”
“Yang terpenting adalah terjadi dialog atau komunikasi antara perusahaan dengan para pekerja agar sama-sama tahu situasi yang terjadi. Terdapat perusahaan yang supaya tidak mem-PHK karyawannya yaitu dengan cara tidak memberi gaji utuh kepada karyawannya dan dengan cara dialog sebagai senjata yang paling penting untuk mengatasi segala macam masalah” jawab Pak Abu (22/05/21).
Kesimpulannya adalah isu-isu yang dijelaskan Narasumber ialah termasuk isu yang sampai saat ini masih menjadi fokus para aktivis buruh dan buruh itu sendiri untuk mendapatkan perlindungan dari negara dan hak pekerja mendapatkan gaji untuk menopang kehidupan secara layak dengan berbagai macam kebutuhan yang bervariasi.
Penulis: SNA, AU, dan MH.
Komentar
Posting Komentar