Departemen Wacana HMJ Sosiologi UIN Walisongo Adakan Pelatihan SPSS Series 1
![]() |
Proses berlangsungnya pelatihan SPSS |
Departemen Wacana HMJ Sosiologi UIN Walisongo mengadakan acara pelatihan SPSS pada hari Sabtu, 21 November 2020 pukul 13.00 via Google Meet. Dihadiri pemateri oleh Pak Mo. Yamin Darsyah, M.Si. selaku Dosen FISIP UIN Walisongo Semarang dan dimoderatori oleh Laily Arrahmah dari departemen Wacana.
SPSS merupakan singkatan dari Statistical Package fo the Social Science. SPSS adalah program komputer yang dipakai untuk analisis statistika. Pelatihan SPSS kali ini merupakan series pertama yang di dalamnya membahas dasar- dasar penggunaan SPSS. Data dalam pelatihan ini ialah data crosstab yang sudah diinput oleh pemateri dengan membahas kelahiran normal atau tidak berdasarkan variabel tingkat umur, pendidikan, dan bukan dari sang ibu. Data yang ada juga merupakan statistik deskriptif.
Data yang sudah diinput tersebut kemudian dianalisis menggunakan Analyze lalu Deskriptive Statistik pada toolbar SPSS. Setelah satu persatu diolah, kemudian dilanjut kepada statistik inferensial. Perbedaan dari statistik deskriptif dan statistik inferensial yakni jika statistik deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik data. Sedangkan statistik inferensial bertujuan untuk mengambil kesimpulan untuk populasi dengan menganalisis sampel.
Lalu, pemateri mengatakan bahwa, "jika nilai signifikansi lebih besar dari nilai alfa, maka tidak ada hubungan antar variabel. Alfa artinya tingkat kesalahan. Besar alfa dalam lingkup sosial ekonomi ialah 5% atau 0,05. Nilai alfa yang digunakan boleh saja bebas, tetapi nilai alfa paling besar yaitu 10%. Semakin kecil nilai alfa, maka hasilnya semakin baik karena semakin akurat".
Kemudian pemateri juga menambahkan, "hati-hati data yang anda baca karena bisa saja berbeda dengan apa yang kebanyakan masyarakat yakini. Kalau seperti kasusnya, cari tau lebih lanjut mengenai respondennya, seperti letak geografis penelitian, jenis kelamin, usia, pendidikan, dan lain sebagainya".
Contohnya ialah seperti kasus yang menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit berat seperti kanker atau jantung. Namun pada salah satu penelitian, ada yang menyatakan bahwa merokok tidak menyebabkan penyakit berat demikian. Hal tersebut bukan karena kesalahan pada teori ataupun penelitianya, tetapi penelitian yang menyatakan bahwa merokok tidak menyebabkan penyakit besar tersebut dilakukan di daerah pegunungan. Di mana para responden setiap paginya menghirup udah segar, setiap hari pergi ke sawah, turun naik pegunungan, dan menjaga kesehatan. Sehingga kandungan yang ada dalam rokok yang mereka konsumsi akan berkurang. Oleh karena itu, penelitian tersebut menyatakan bahwa responden perokok di daerah tersebut tidak menyebabkan penyakit berat seperti apa yang diyakini masyarakat.
Di akhir sesi pelatihan, Pak Yamin berpesan, "sebagai seorang peneliti kita harus jeli terhadap karakteristik responden".
Penulis: Aisyah Mumtaz Y
Komentar
Posting Komentar